Kisah Camry Mengganti Volvo

SUDAH puluhan tahun, mobil dinas para menteri dan pimpinan lembaga negara, selalu Volvo berwarna hitam. Pemerintahan SBY-JK naik pada tahun 2004, Volvo pun langsung diganti menjadi Toyota Camry. Spekulasi berkembang di luar. Ada yang menilai, ini pertanda bahwa pemerintahan SBY-JK mengalami kepelikan uang sehingga para anggota kabinet harus memakai mobil Camry yang jauh lebih murah dibanding mobil Volvo. Ada juga yang menebak, itu karena JK adalah pengusaha mobil Toyota. Sebagian lagi mengira, ini berarti orientasi ekonomi kita ke depan, hanyak berkiblat ke Jepang karena Toyota adalah buatan Jepang. Maukah Anda mengetahui mengapa Volvo diganti menjadi Toyota Camry?

Ikutilah cerita berikut ini.

Lepas pembentukan Kabinet, SBY dan JK mendiskusikan tentang sarana penopang para anggota Kabinet untuk bekerja karena masih ada sejumlah anggota Kabinet yang pergi ke kantor dengan mobil pribadi. Ada juga anggota Kabinet yang mengendarai kendaraan reot yang disiapkan oleh kantornya. Kabarnya, JK meminta kepada SBY agar soal kendaraan para anggota Kabinet, diserahkan saja ke dia. Saat itu, Volvo masih dalam hitungan untuk kembali dipakai. Namun, JK menghitung bahwa Volvo terlampau mahal.

JK pun meminta Johny Darmawan, Direktur Toyota Astra Motor, untuk menemuinya. JK bertanya, Sedan Toyota apa yang lagi popular dan berkualitas andal saat itu. Yang pasti, untuk kelas menengah saja dan tidak terbilang mewah.

Sang direktur pun memberi jawaban: sedan Camry. Selain produk baru yang nyaman, juga tidak terlampau mahal untuk ukuran kelas menengah. Harganya sekitar Rp425 juta perunit. JK langsung menyambung, “Kalau begitu Anda banyak mengiklankan produk ini kan? Berapa biaya iklanmu setahun untuk memasarkan produk Camry ini?”, tanya JK.

“Ya, sekian banyak, Pak”, kata Sang Direktur.

“Bagaimana kalau Anda menghentikan pembayaran iklan itu, lalu saya yang iklankan untuk Anda? “,sambung JK.

“Bagaimana caranya, Pak? ”, tanya Sang Direktur penuh keingintahuan.

“Nah, caranya gampang. Kalau saya beli mobil sedan Camry Anda minimal 40 unit dan saya hanya mau bayar Rp275 juta per unit, gimana?”,JK menawar.

“Maaf Pak, susah, karena harga itu terlampau rendah? “, balas Sang Direktur.

“Oh ya memang betul harga yang saya tawarkan rendah dari harga penjualan Anda. Tapi, kan Anda tidak perlu keluarkan biaya iklan selama lima tahun?, balas JK.

“Nah, maaf Pak, itu yang saya belum mengerti. Bagaimana rumusannya?,”  tanya direktur Toyota tersebut.

“Begini, mobil sedan Camry saya beli minimal 40 unit dan akan saya berikan kepada para menteri dan juga para pimpinan lembaga negara lainnya. Masa jabatan menteri kan lima tahun. Jadi, selama lima tahun tersebut, menteri-menteri memakai Camry. Artinya, Anda sudah dipasarkan dengan sendirinya oleh para menteri dan pimpinan lembaga negara lainnya nanti.” ,kata JK.

“Bayangkan saja jika setiap menteri memakai sedan Camry kan menteri dikawal, dan sesekali pakai mobil pengawal yang pakai sirene, tentu semua orang memandang. Di situlah sedan Camry Anda langsung dilihat orang. Lagian, biasanya kalau sudah menteri pakai maka semua orang ingin juga memakai kendaraan sama dengan yang dipakai menteri,” tegas JK lagi.

“Anda harus lihat dari segi jangka panjangnya. Pembayaran kami memang bisa membuat Anda tidak beruntung banyak untuk beberapa puluh mobil tersebut, tetapi, keuntungan jangka panjang Anda sangat berlimpah nanti. Banyak pengusaha mobil dari berbagai merek datang untuk menawarkan produknya, termasuk Volvo. Jadi, kalau Anda tertarik dengan tawaran saya, Oke, kali ini kita mulai sejarah baru bahwa para menteri dan pejabat lembaga negara lainnya akan menggunakan Toyota. Ini sebuah era baru bagi Toyota.”,  kata JK.

Ternyata memang, tawaran JK masuk akal bagi Toyota. Dan para menteri serta pimpinan lembaga negara lainnya pun menggunakan sedan Toyota Camry sampai sekarang.

Keputusan ini bukannya sepi dari soal. Ada-ada saja yang mencoba menyoalnya. Mereka menyesalkan, menteri itu sebaiknya diberi kendaraan yang lebih atas daripada Camry demi keselamatan menteri. Masalahnya, kata mereka, Camry itu mudah ringsek jika ditabrak atau tabrakan. Volvo kan sudah terbukti keandalannya, alasan mereka.

Gugatan ini dengan enteng ditangkis oleh JK. “Menteri itu kan selalu diiringi oleh sebuah mobil kawal dari belakang. Sebelum menteri ditabrak, tentu mobil kawal langsung menyeruduk kendaraan yang hendak menabrak mobil menteri. Lagian, biasanya mobil menteri itu diiringi oleh mobil atau motor pengamanan yang pakai sirene. Jadi, jauh sebelum itu, kendaraan lain sudah menyisih dari kendaraan yang dipakai menteri.” , tegas JK.

Hanya sampai di sini? Ternyata tidak. Ada juga kalangan yang menilai, kekuatan mesin Camry tidak mampu lari cepat. Kata mereka, menteri itu kan harus bergerak cepat dari tempat satu ke tempat lainnya.

Yang ini, lebih enteng lagi dijawab oleh JK. Mobil menteri itu berputarnya di Jakarta dan sekitarnya saja. Dengan jumlah kendaraan yang berjubel di Jakarta, ditambah dengan jalanan yang sempit, tidak ada kendaraan di Jakarta yang bisa lari dengan kecepatan 140 km/jam, Pasti nabrak kiri kanan kalau ada yang mau mencoba melakukan itu. Jadi, apa gunanya memiliki kendaraan dengan kemampuan mesin untuk berlari cepat,tetapi faktanya, tidak pernah juga digunakan. ” Itu kan mubazir”, kata JK.

Tambahan lagi, kualitas mobil yang kita butuhkan adalah: suspensinya bagus, irit, ada pendingin, radio dan tape recorder jalan untuk mendengarkan berita atau lagu-lagu bila macet.

Semua itu telah dimiliki oleh sedan Camry.” Apa lagi yang dicari?” ,simpul JK.

Prediksi JK tidak meleset. Begitu para menteri memakai sedan Camry, pelan-pelan para pejabat daerah pun mulai ikut memakai Camry. Sektor swasta juga demikian. Dan hingga kini, omset penjualan Camry, dari berbagai jenis dan kelas, tetap saja digemari orang di Indonesia.

Kisah Camry tidak hanya sampai di sini. Tatkala ikhtiar mendamaikan GAM dengan pemerintah mulai dijalankan oleh JK, ia memanggil Dubes Swedia di Indonesia. Ia meminta pemerintah Swedia benar-benar membantu ikhtiar perdamaian yang dirintisnya itu. Tak canggung bagi JK mengatakan kepada Dubes Swedia bahwa jika Anda mengakui dan merasa Indonesia adalah teman Anda, maka bantulah pemerintah Indonesia untuk menghentikan perang di Aceh.

“Masalahnya ”, kata JK kepada Dubes Swedia saat itu, Hasan Di Tiro dan dr. Zaini Abdullah adalah warga negara Swedia, dan Malik Machmud, meski bukan warga negara Swedia, ia tinggal di Swedia. Mereka adalah para pemimpin tertinggi GAM yang menentukan tiap langkah GAM. Bujuklah mereka agar mereka duduk berbicara dengan pemerintah Indonesia, lalu damai, kata JK  “Hubungan dagang kita dengan Swedia sebenarnya tidak terlampau banyak. Maka, Indonesia tidak segan memutuskan hubungan bila Swedia tidak mau menangani warganya sendiri, yang merugikan Indonesia. Buktinya, kita kan sudah memutuskan, tidak lagi memakai produk Swedia.  Sedan Volvo buatan Swedia sudah kita ganti dengan Toyota Camry untuk para menteri.  Jelas bagi kami di Indonesia bahwa jika Anda tidak mau berteman baik, ya sudah. Kami juga tidak rugi-rugi sekali ”, kata JK.

Pemerintah Swedia memang amat membantu ikhtiar perdamaian yang dilakukan JK. Maka, sedan Camry pun bisa jadi alat damai, bukan sekadar alat pengangkutan.

2 responses to “Kisah Camry Mengganti Volvo

  1. Memang saya setuju dengan Pemikirian Bpk JK.
    Good Job !!

  2. nice info,,menjawab pertanyaan saya selama ini kenapa mobil pejabat negara sekarang downgrade ke toyota camry,,

    thank to mr. JK for his brilliant ideas.

Leave a comment