Category Archives: Biografi

Liem Tiang Gwan, Ahli Radar dari Semarang

Anda yang pernah atau berkali-kali mendarat di Bandara Heathrow, London, Inggris, barangkali tidak mengetahui bahwa radar (radio detection and ranging) yang digunakan untuk memantau dan memandu naik-turunnya pesawat dirancang oleh putra Indonesia kelahiran Semarang. Selain itu, banyak negara di Eropa serta militer menggunakan jasanya untuk merancang radar pertahanan yang pas bagi negaranya. Continue reading

WARUNG KOPI PRAMBORS – The History

Lampu rumah keluarga Indro Warkop tampak terang. Di perumahan mewah Jalan Kayu Putih Tengah, Jakarta Timur, itu tampak tiga motor berdiri berjajar. Dua motor Harley Davidson dan satu motor Yamaha. Seekor burung kenari bertengger dalam sangkar yang bergantung tak jauh dari ketiga motor itu. Satu mobil Jeep putih buatan tahun 1981, terparkir di garasi terbuka. Ada lambang motor Harley Davidson berukuran besar yang terpaku di tembok garasi itu. Indro memang menggandrungi Harley Davidson. Berbagai aksesoris motor besar buatan Amerika itu pun menjadi penghias di ruang tamunya. Ada yang terbuat dari tembaga dan berbentuk lukisan biasa. Miniatur sepeda tua di dalam figura kaca, berdiri di meja kiri. Boneka berkepala singa, terpajang di meja sudut kanan. Siang itu, Indro duduk santai di samping pajangan boneka singa. Persis menghadap keluar rumah. Di rumahnya tak ada asbak rokok. Maklum, sejak dirinya didiagnosis terkena gejala penyakit jantung, ia berhenti merokok. Continue reading

AGUSTINUS ADI SUCIPTO, ORANG YANG PERTAMA KALI MENERBANGKAN PESAWAT INDONESIA

AGUSTINUS ADI SUCIPTO

[Image: 180px-Adisutjipto.jpg]
[Image: adsctkn1.jpg]

Marsekal Muda (Pur) Agustinus Adisutjipto akrab dipanggil Cip namun kemudian rekan-rekannya memanggilnya Pak Adi merupakan putra pertama dari lima bersaudara buah perkawinan Roewidodarmo dan Latifatun. Adisutjipto, kelahiran Salatiga 3 Juli 1916, sangat gemar bermain sepakbola, naik gunung, tenis dan catur. Intelektualitasnya terasah lewat hobinya membaca buku-buku kemiliteran dan filsafat. Pribadinya dikenal pendiam, namun sangat reaktif bila harga dirinya terinjak. Continue reading

Ignatius Slamet Rijadi

Slamet Riyadi

Sabtu (4 November 1950) sore Letkol Ignatius Slamet Rijadi memerintahkan pasukan Groep II Komando Pasukan Maluku Selatan atau KP Malsel mendekati Benteng Victoria, Ambon. Menurut laporan intelijen, di benteng bekas VOC itu masih bertahan sisa-sisa pasukan Republik Maluku Selatan (RMS). Pada sisi lain, Pak Met, begitu panggilan akrabnya dari semua anak buahnya, juga menerima informasi, benteng itu pada Jumat siang sudah bisa direbut oleh pasukan Mayor Lukas Koestarjo dari Divisi Siliwangi.

Slamet Rijadi ada di dalam panser paling depan, dikemudikan Kapten Klees, Komandan Eskader Kavaleri. Di belakangnya, dua panser lain mengikuti. Tiba-tiba tembakan gencar berdatangan dari arah benteng, langsung menghujani pertahanan pasukan TNI. Pak Met kaget. Sementara itu, Klees langsung memerintahkan anak buahnya segera membalas tembakan. Tiba-tiba Pak Met berteriak, “Stop het veuren. Hentikan tembakan.” Continue reading

Jenderal Gatot Subroto (1907-1962)

Jenderal Gatot Subroto (1907-1962)

  • Nama: Jenderal TNI AD Gatot Subroto
  • Lahir: Banyumas, 10 Oktober 1909
  • Meninggal dunia: Jakarta, 11 Juni 1962
  • Dimakamkan: Desa Mulyoharjo, Ungaran, Yogyakarta
  • Pendidikan Formal: – Europeesche Lagere School (ELS) (dikeluarkan) – Holands Inlandse School (HIS)
  • Pendidikan Militer: – Sekolah militer di Magelang (1923) – Pendidikan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) – Masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi TNI
  • Pengalaman Pekerjaan: – Pegawai Pemerintah (ditinggalkan)
  • Pengalaman Tugas: – Anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda), – Komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas – Komandan batalyon – Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan sekitarnya (1945-1950) – Panglima Tentara & Teritorium (T &T) IV I Diponegoro – Tahun 1953, mengundurkan diri dari dinas militer tapi diaktifkan kembali dan diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat. Continue reading

NURTANIO PRINGGOADISURYO; Perintis Industri Penerbangan Indonesia

NURTANIO PRINGGOADISURYO; Perintis Industri Penerbangan Indonesia

Nurtanio

Nurtanio Pringgoadisuryo (lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923 – meninggal 21 Maret 1966 pada umur 42 tahun adalah sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Bersama Wiweko Soepono, Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun 1947. Ia membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia yang dinamai Sikumbang, disusul dengan Kunang-kunang (mesin VW) dan Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.

Cita-citanya besar, keliling dunia dengan pesawat terbang buatan bangsanya. Untuk itu, disiapkanya pesawat Arev (Api Revolusi), dari bekas rongsokan Super Aero buatan Cekoslowakia yang tergeletak di Kemayoran. Karena dedikasinya yang tinggi, setelah Nurtanio gugur dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (sekarang IPT-Nusantara/IPTN/PT Dirgantara Indonesia).
Continue reading

Omar Dani Panglima Termuda, Lalu Terpidana

Omar Dani Panglima Termuda, Lalu Terpidana

“… menghukum tertuduh dengan hukuman mati dengan tambahan mencabut haknya atas pemilikan sejumlah tanda jasa, memecat tidak dengan hormat dari pangkat dan segala jabatannya.”

LEBIH dari 40 tahun sudah peristiwa itu berlalu. Tapi kalimat demi kalimat yang meluncur dari mulut hakim Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) itu masih terus terngiang di kepalanya. Hari itu Sabtu, 24 Desember 1966, di gedung Mahmilub (sekarang Bappenas, Jakarta), vonis dijatuhkan. Hakim menyatakan dia terbukti bersalah melakukan pemberontakan dan pemufakatan jahat untuk melakukan makar terhadap pemerintah Indonesia pada 30 September 1965. Kariernya hancur lebur. Continue reading

Ignatius Dewanto ; Ace Pertama Indonesia

Ignatius Dewanto ; Ace Pertama Indonesia


“Dialah satu-satunya fighter yang menembak jatuh pesawat musuh. Dia juga yang mendamaikan dua pasukan saling baku tembak di Halim, Oktober 1965. Namun siapa yang peduli, ketika dia jadi sopir pick-up bermuatan kelapa menjalani rute Banten-Jakarta.”

Apron Liang, 18 Mei 1958. Kapten Udara Ignatius Dewanto tengah bersiap di kokpit P-51 Mustang. Pagi itu, dia ditugaskan menyerang pangkalan udara Aurev (Angkatan Udara Revolusioner, AU Permesta) di Sulawesi Utara. Roket-roket menggantung di sayap pesawat, seperti tak sabar menyiulkan nyanyian kematian. Saat itulah, hanya beberapa saat sebelum Dewanto take off menuju Manado, sebuah berita memaksanya membatalkan serangan ke Manado dan harus mengarahkan pesawat ke Ambon. Apa yang terjadi? Ambon dibom B-26 Invader Aurev! Mesin segera dihidupkan. Empat bilah baling-baling memutar mesin Rolls-Royce Merlin berkekuatan 1.590 tenaga kuda. Dewanto lepas landas dan seperti tidak sabar, memacu pesawatnya. Continue reading