Rianto, Lulusan Terbaik Akpol: Setiap Hari Bersekolah dengan Onthel Sejauh 15 Km

Rianto, Lulusan Terbaik Akpol: Setiap Hari Bersekolah dengan Onthel Sejauh 15 Km

TUBAN – Suasana rumah Rianto, lulusan Akpol terbaik yang berada di Desa Brangkal, Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban tak menunjukkan adanya aktivitas. Rumah itu sepi, dan pintu tertutup rapat. Hanya ada seorang perempuan berkerudung yang berada di teras rumah.

Saat melihat Seputar Indonesia datang Selasa (22/12), perempuan yang ternyata Uripatun, bibi dari Rianto, langsung menyambut ramah. Setelah bercakap-cakap sebentar, Uripatun mengaku tidak berani bercerita panjang lebar tentang keponakannya itu. “Sebentar ya, saya panggilkan bapak. Saya orang desa, gak berani,” katanya sambil berjalan keluar gerbang.

Setelah 15 menit menunggu di teras rumah, akhirnya muncul juga seorang laki-laki sekira usia 45 tahun. Celananya digulung ke atas hingga lutut dan memakai kaos warna merah. “Dari mana? Maaf nunggu lama ya. Maklum dari sawah mas, tani!” terang lelaki itu, yang ternyata bernama Mungin, suami Uripatun, dengan bahasa Jawa halus.

Ia pun mulai bercerita tentang Rianto, yang biasa dipanggil Anto oleh lingkungan asalnya. Menurut dia, Anto merupakan sosok pendiam, dan rajin membaca buku. Banyak buku-buku koleksinya yang ditinggal di kamarnya. Sayangnya, pintu rumah dikunci, sehingga, Mungin tak bisa menunjukkan koleksi buku-buku Anto. “Pintunya dikunci semua,” terangnya.

Memang, rumah yang berada di ujung Desa Brangkal itu ditinggal oleh pemiliknya, yakni orangtua Anto. Slamet dan Aminah, orangtua Anto sedang ke Surabaya untuk mengikuti pelantikan taruna Akpol yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Pak Slamet sama ibu pergi ke Surabaya. Maaf lho ya,” katanya sambil duduk-duduk di lantai teras rumah.

Terpilihnya Anto sebagai lulusan terbaik Akpol, memang membuat banyak orang tercengang. Pasalnya, menurut Mungin, orangtua Anto adalah petani tulen. Jadi, sejak usia muda, orangtua Anto menjadi buruh tani. Bahkan, sampai saat ini, meski sudah punya toko kelontong di rumah, Slamet tetap pergi ke sawah.

“Pernah sama kerabatnya itu, diminta libur tidak ke sawah. Wong mau ketemu Presiden. Tapi dia malah tidak mau. Katanya ke sawah itu sudah pekerjaannya,” terang Mungin.

Rumah Anto, memang jauh dari pusat keramaian. Dari perbatasan Bojonegoro-Tuban sekitar 5 km ada pertigaan Warung Penceng. Dari sana, lurus ke arah selatan dan masuk Desa Brangkal. Menuju ke sana, hanya bisa ditempuh dengan naik ojek, karena tidak ada angkutan. Rumah Anto berada paling ujung, karena di belakang rumah sudah masuk Desa Margorejo.

Suasana sekitar rumahnya pun terlihat sangat tenang, khas pedesaan. Di depan rumah, terdapat musala kecil milik keluarga. Depan rumah agak samping kiri, terdapat kandang yang berisi 3 ekor sapi. Sedang di kanan rumah, terdapat sungai dan rumpun bambu. Meski demikian, rumah Anto bisa dibilang lebih baik dibanding rumah tetangganya yang sebagian besar masih rumah kayu.

Mungin menjelaskan, sejak kecil, Anto memang sudah menyukai ilmu pengetahuan. Dan prestasinya terus membaik, hingga diterima di Akpol. Saat kecil, Anto masuk SDN 2 Brangkal, setelah lulus dilanjutkan ke SMPN Parengan. Lulus SMP, dia melanjutkan ke SMAN 2 Bojonegoro dan ke Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.

“Anaknya itu tidak sombong. Akrab dengan teman-temannya. Waktu SMA di Bojonegoro, dia pulang-pergi naik sepeda pancal. Padahal, jaraknya kan lumayan jauh. Ya sekitar 15 km. Jadi tidak mengira kalau dia lulusan terbaik,” cerita Mungin.

Memang diakui Mungin, sejak lulus Unibraw, Anto sering lolos jika ikut tes. Sebelum di Akpol, dia mendaftar di Secaba Polwil Bojonegoro dan Kejaksaan dalam waktu bersamaan. Ternyata keduanya diterima. Tapi, Anto memilih masuk di Secaba Polwil. Setelah pendidikan enam bulan, ia ditempatkan di Polres Bojonegoro.

“Tapi, setelah dua bulan, Anto mencoba mendaftar di Akpol, dan ternyata diterima,” terangnya.

Anto sendiri hanya dua bersaudara. Dia memiliki kakak perempuan bernama Suciati. Kakak perempuannya juga pernah mendaftar CPNS di Departemen Kehakiman di Madiun, dan diterima. Tapi, oleh orangtuanya dilarang berangkat, karena sebagai anak perempuan diminta tetap dirumah. “Pak Slamet melarangnya, karena merasa sudah tua. Dan saat tua, pingin ikut Suciati,” tutur Mungin.

Penuturan Mungin, juga dibenarkan Uripatun istrinya. Menurut dia, Anto tidak seperti pemuda kebanyakan. Ia lebih memilih di rumah, daripada bersenang-senang bersama temannya. “Kalau tidak ada urusan penting, biasanya dia di rumah saja. Senangnya sama anak kecil. Diajak ke rumah dan diajari pelajaran,” terang Uripatun.

Bahkan, lanjut dia, sejak sekolah di SMAN 2 Bojonegoro dan Unibraw belum pernah keluarganya melihat Anto memiliki pacar. Padahal, seusia dirinya sudah menjadi kebiasaan umum berpacaran. “Malah kadang diguyoni, pacarmu iku endi (pacarmu mana?),” terangnya.

Bagi keluarga, Anto memang sosok yang mengharumkan nama keluarga. Bahkan, tak hanya keluarga saja yang senang. Guru SDN 2 Brangkal juga mengaku sangat senang. “Kami ikut senang, anak didik kami ada yang menjadi lulusan Akpol terbaik,” kata Sri Sayekti, salah satu guru SDN 2 Brangkal saat ditemui di sekolahannya.

http://news.okezone.com/read/2009/12/24/340/287867/setiap-hari-bersekolah-dengan-onthel-sejauh-15-km

4 responses to “Rianto, Lulusan Terbaik Akpol: Setiap Hari Bersekolah dengan Onthel Sejauh 15 Km

  1. Pingback: Surabaya Bakal Diguyur Hujan Lagi | Indonesia Search Engine

  2. kenalan dong

  3. ya inyong bangga lah karo rika bisa kaya kuwe,wis pokoke dadi polisi sing apik ya aja gelem korupsi hehehe…3x

Leave a reply to chintia dewi Cancel reply